会员   密码 您忘记密码了吗?
1,567,457 本书已上架      购物流程 | 常见问题 | 联系我们 | 关于我们 | 用户协议

有店 App


当前分类

浏览历史

当前位置: 首页 > 马来西亚出版品 > 文运书坊 > 文运 Indonesian Books > HANTU, PRESIDEN, DAN BUKU PUISI KESEDIHAN
HANTU, PRESIDEN, DAN BUKU PUISI KESEDIHAN
上一张
HANTU, PRESIDEN, DAN BUKU PUISI KESEDIHAN
下一张
prev next

HANTU, PRESIDEN, DAN BUKU PUISI KESEDIHAN

作者: Irwan bajang
出版社: Indie Book Corner
出版日期: 2017
商品库存: 缺货
市场价格: RM20.00
本店售价: RM18.00
购买数量:
collect Add to cart Add booking
详细介绍 商品属性 商品标记

 Author: Irwan bajang

Subjects: Indonesia, poetry
Condition: Good
Publisher: Indie Book Corner
Published: 2017
 

 

Buku ini menghimpun cerita-cerita pendek pilihan Irwan Bajang yang ia tulis sejak 2009 hingga 2017. Beberapa di antaranya disambungkan dengan drama politik, sosial, keluarga, hubungan asmara, persahabatan, hewan peliharaan, dan perjalanan-perjalanan naratif tokoh-tokoh dalam cerita, bahkan sampai dibalut tragedi-tragedi kecil dan besar di seputaran manusia dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa adalah modifikasi dan pandangan lain terhadap kisah-kisah yang akrab dengan kita, ditulis ulang dari perspektif baru. Sebab semua cerita pada dasarnya adalah pengulangan atas cerita-cerita sebelumnya.

SUATU sore yang masih panas di hari Jumat, Sang Presiden itu akhirnya mundur dari jabatannya. 27 tahun lebih 6 bulan ia memerintah dengan tangan besi yang menyala. Di hari ke-14 demonstrasi rakyat, ia menyerah. Hari itu kekuasaannya usai sudah. Aksi mogok makan telah membuat 412 pemuda pingsan. Rumah sakit penuh. Tak kuat dengan desakan negara-negara jiran, Sang Presiden diktator mengumumkan pengunduran dirinya: “Demi rakyat yang selalu saya cintai. Saya mengundurkan diri sebagai presiden, menyerahkan jabatan saya pada Partai Oposisi Rakyat untuk mengambil alih pemerintahan. Terima kasih, Rakyatku.” Rakyat bergembira sore itu. Pesta digelar di segenap pelosok negeri. Jalan raya dipenuhi rakyat yang bernyanyi, menari, bergembira, dan berpesta. Malam harinya, sebuah berita mengagetkan terdengar: Sang Presiden mati gantung diri di dalam kamarnya.


(SANG PRESIDEN DAN BUKU PUISI KESEDIHAN)

***

“Kita berdosa. Maka menyesallah. Maka minta ampunlah. Dan sekarang semuanya sudah selesai. Sudah sempurna. Saatnya kalian kembali lagi, bergabung bersama manusia kembali. Kalian, aku utus menggantikan masing-masing jenderal yang telah kalian penggal kepalanya.”

(MENCULIK DAN MEMBUNUH PARA JENDERAL)

 

***

Mayat-mayat itu masih tergantung di depan benteng sampai hari Selasa berikutnya. “BAJINGAN PEMBERONTAK”, tulisan itu menjuntai, dikalungkan sekenanya pada leher mayat-mayat yang mulai disemuti dan dikerumuni lalat yang entah datangnya dari mana, koloni belatung berpesta pora, beranak pinak pada daging busuk mayat-mayat itu. Tak ada pribumi yang tega melintas dan memandang mereka. Mereka memilih menunduk, atau berlari, berbelok ke jalan lain dengan segera. Tapi dendam tentu tak bisa dipadamkan apinya. Malam ini, Frans dan tiga kawannya, para penyair, sedang menyiapkan tulisan-tulisan, bersiap memasak tepung sagu untuk merekatkan kertas-kertas di dinding kota.

(TIGA NYAMUK BETINA DAN PANGLIMA KABARESSI)

***